Palembang, Sumselnetmedia.com
Banyak orang mengalami pukulan ekonomi di masa pandemi. Tapi tidak bagi Dhiya Shofi A. Wabah virus Corona tak membuat dia putus asa, sebaliknya kreatifitas kewirausaannya justru tertantang agar tetap bisa bertahan.
Mahasiswi Universitas Sriwijaya melihat kewajiban bermasker yang ditetapkan oleh pemerintah adalah peluang bisnis.
“Saya perhatikan teman-teman mahasiswi dan mbak-mbak yang berjilbab kesulitan bila memakai masker dengan tali yang dicantolkan di daun telinga. Masker bertali melingkar di belakang kepala itu kemudian menginspirasi saya untuk membuat konektor atau pengait masker berbahan rajutan dan manik-manik yang cocok dipakai para wanita berjilbab,” kata Dhiya, ditemui di rumahnya, Sabtu (19/12/2020).
Dengan berbekal kemampuan merangkainya dan kenekatannya, Dhiya Shofi memberanikan diri menekui produksi rumahan pengait masker dari bahan rajutan dan manik-manik. Saat ini dia memanen, permintaan datang membanjir. Media sosial baik WhatsApp, Instagram, shopee dia gunakan secara optimal untuk memasarkan produknya.
Dalam sehari dia bisa menjual puluhan pengait masker berbahan rajutan dan manik-manik produksinya. Harganya, menurut dia, sangat terjangkau, berkisar antara Rp. 6000 sampai Rp. 25.000.
“Dalam sehari minimal bisa menjual 10 hingga 30 biji, perbijinya kami bandrol dengan enam ribu hingga lima belas ribu,” kata Kholidayah.
Kholidiyah mengaku ide membuat pengait masker berbahan rajutan dan manik-manik itu berawal dari kesulitannya mencari konektor serta melihat unggahan di YouTube. Dia tertarik dan kemudian mempelajarinya. Setelah dipraktikkan, dia berkesimpulan itu pekerjaan mudah dan sangat berpeluang untuk dijadiakan usaha.
“Berawal dari YouTube. Pada saat itu, kuliah juga secara online karena pandemi covid-19. Lalu saya menemukan tutorial membuat pengait masker berbahan rajutan dan manik-manik tersebut,” pungkasnya.